Kamis, September 11, 2008

Berkah Ramadhan 1429 H

BERKAH RAMADHAN
ANAK & ISTRIKU

Alhamdudillahhirabbil Alamin ……………….
  1. Hari ini Rabu tanggal 10 September 2009 tepat 9 Tahun Usia Anak tercintaku Atthaya Ershandi (EAZHA), mengingat dalam bulan ramadhan maka ulang tahun EZHA ke 9 ini sangat sederhana, selesai sholat tarawih di Mesjid langsung dilanjutkan tadarus di rumah kami (kebiasaan ini sudah berlangsung lama), kemudian selesai tadarus diteruskan dengan pembacaan doa untuk EZHA dan diakhiri pemotongan ice cream tart ulang tahun.
    Ezha sangat senang dan gembira di hari ini, karena mendapat hadiah mainan rel-hotswill dari Ayah dan sepatu dari Ibu dan lebih asyik lagi biasanya kue ulang tahun biasanya kue tart biasa sekarang diganti dengan ice cream.
    Ya Allah … mahabesar dan mahakuasa Engkau atas segala ciptaanmu …. Berikan rahmat, taufik dan hidayahmu kepada kami, jadikan kami sebagai rahmatin lil alamin bagi lingkungan kami, dan curahkan kemudahan, kelapangan, dan keluasan rezeki kepada kami, Yaa Rabb, jadikan anak kami Ezha sebagai anak yang sholeh, berbakti kepada agama, orang tua, dan bangsa kami, berikanlah kemudahan dan kecemrlanganmu pada EZHA agar ia mudah dalam menerima, mencerna, dan menerapkan ilmu agama, pengetahuan dan teknologi, dan jadikanlah kelak ia sebagai Pemimpin yang JUJUR di Negeri kami. Amien……..
  2. Jumat 12 September 2009 malam Insya Allah istriku Erni Mawarlisa akan mengikuti Ujian Thesis Magister Ilmu Hukum di Universitas Surabaya. Thesis ini adalah puncak dari kegiatan akademik yang sudah dijalani hampir 2 tahun. Untuk persiapan ini wah…… kemana-mana dan hampir setiap waktu istriku terus belajar, padahal kalau untuk tugas/ujian matakuliah tidak seperti ini, yah …. Mungkin grogi …. Maklum aja ‘kan di uji lisan.
    Materi thesis yang diangkat tidak jauh dengan bidang pekerjaannya saat ini di TVRI Jawa Timur yaitu ASPEK YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN DARI SIARAN IKLAN DI TELEVISI, karena itu Aku yakin Istriku akan bisa mengikuti ujian thesis ini dengan baik dan lulus sesuai dengan harapannya.
    Dan besok Aku beserta Anakku akan menjadi suporternya dalam ujian, walapun tidak boleh masuk dalam ruang suporternya nunggu di halaman kampus juga nggak apa-apa.
    Insya Allah kalau lulus besok istriku akan mengikuti wisuda Sabtu, 18 Oktober 2008.

    Yaa… Allah ….. walapun istriku agak grogi mengikuti ujian thesis besok 12 September 2009, kami Ikhlas dan kami pasrahkannya semuanya kepada-MU ( 3 x).

Senin, September 01, 2008

KORUPTOR bersama ISTRI

Oleh:
Dr. H. Eddy Pranjoto W., SH., MPA., M.Si. (Dosen STIH YPM Sidoarjo)


Kalimat koruptor bersama istri jika diwujudkan secara nyata, sering kita lihat dalam hidup keseharian. Kata koruptor dalam bahasa Indonesia yang baku berarti orang melakukan korupsi. Sedangkan kata korupsi terambil dari kata korup yang artinya buruk, busuk, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Kata korup ditambah imbuhan si menjadi kata korupsi, yang berarti penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Dengan demikian jika sebagian orang menganggap bahwa, kata koruptor hanya diberikan kepada pelaku yang mencuri keuangan rakyat (baca: Negara) dengan jumlah milyaran rupiah saja adalah sebenarnya keliru sekali. Sementara itu, kata istri secara kebahasaan adalah perempuan yang telah menikah atau yang bersuami. Dalam kamus bahasa Indonesia istri juga disebut garwa, terambil dari bahasa Jawa garwo. Garwo sering dimaknai sigaraning nyowo oleh orang Jawa, artinya dalam bahasa Indonesia sama dengan separuhnya nyawa atau belahan jiwa. Belahan jiwanya siapa ?, yaitu tidak lain adalah suami. Makna belahan jiwa menunjukkan, begitu dekatnya hubungan kedua manusia yang berlainan jenis dan terikat perkawinan itu. Sehingga sebelum mempunyai anak, hubungan suami yang paling dekat dan sangat dekat adalah dengan istrinya. Hubungan dengan orang tua, saudara dan teman sangat jauh ketimbang hubungan dengan istrinya. Jika kemudian mempunyai anak, maka hubungan terdekat suami mulai terpecah. Hubungan suami terdekat pertama, adalah dengan istri dan hubungan terdekat kedua, dengan anaknya. Begitu dekatnya hubungan suami-istri tersebut, sehingga apa yang dilakukan suami, istri akan mengetahui. Begitu juga sebaliknya, mereka juga akan selalu berbagi senang dan duka.

Istri lebih tahu ketimbang penegak hukum
Koruptor sudah membumi disemua sektor pelayanan publik, seiring getolnya KPK, Polisi, Jaksa dan Hakim yang memegang amanah rakyat untuk memberantas koruptor. Ada koruptor yang ditangkap dan ada koruptor yang diloloskan. Sebutan koruptor dapat pula diberikan kepada petugas parkir yang tidak memberikan karcis pada orang yang parkir, petugas pajak yang memanipulasi bon di rumah makan, petugas imigrasi yang mempersulit permohonan paspor karena tidak memberi imbalan, dosen tidak meluluskan peserta ujian karena tidak diberi imbalan, anggota dewan yang mempermudah rancangan undang-undang menjadi undang-undang karena diberi imbalan dan/atau penyelenggara negara mempermudah pelayanan publik karena diberi imbalan. Hanya saja imbalan itu sekarang dibuat dengan istilah keren, yaitu gratifikasi. Akan tetapi arti harfiahnya sama saja, yaitu menerima uang sogok. Masalahnya adalah, siapa yang lebih dahulu mengetahui adanya koruptor?. Apakah KPK, polisi, jaksa atau hakim yang lebih dahulu mengetahui perbuatan koruptor?. Tentu saja tidak, dan orang lebih dulu mengetahui koruptor adalah orang yang paling dekat dengannya, yaitu istrinya atau belahan jiwanya.
Mengapa istri yang paling mengetahui perbuatan koruptor?. Secara normatif dan sosiologis, istri akan mengetahui berapa gaji suaminya. Jika gaji suami setiap bulan Rp. 7.500.000,- maka secara matematis selama 5 tahun gaji yang diterima suami genap sebesar Rp. 450.000.000,- (itupun jika tidak sakit dan kehidupan rumah tangganya ditanggung mertua). Sementara itu selama kurun waktu 5 tahun, suami dengan sabar dan tawakal menanti tingkat kesejahteraan serta menahan untuk tidak menikmati gebyarnya dunia secara berlebihan (misalnya membeli mobil baru, rumah baru, mengajak pergi haji plus Rp. 70.000.000,-/perorang atau kenikmatan lainnya), maka dapat dipastikan istri mengetahui suaminya bukanlah seorang koruptor. Sebaliknya, jika selama kurun waktu itu suami memberikan gebyarnya dunia kepada istri, sedangkan suami tidak pernah menerima warisan, menjadi perantara di luar dinasnya atau mencari tambahan pengasilan yang halal, maka dapat dipastikan pula bahwa istri mengetahui perbuatan suaminya, yairu sebagai seorang koruptor. Istri memang dapat sebagai penyulut suami untuk menjadi koruptor. Dikatakan sebagai penyulut, jika istri mendiamkan pemberian suami di luar gaji yang ia terima, tanpa menanyakan darimana asalnya. Tidak peduli darimana suami memperoleh tambahan gajinya, yang penting baginya. Ia dapat ikut menikmati gebyarnya dunia modern. Sebaliknya, istri yang berbudi pekerti baik. Ia dapat sebagai penyejuk hati suami dan tidak merangsang suami agar memberi gebyarnya dunia secara tercela. Ingat, Nabi Adam melakukan dosa karena rayuan ibu Siti Hawa untuk memakan pohon larangan Tuhan. Kiranya tidak berlebihan jika seorang istri, khususnya istri koruptor meneladani ibu Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim), yang dengan tawakal mengabdi kepada suami, meskipun sama sekali tidak diberi kemewahan. Namun tetap dengan tekun mendidik anaknya, Ismail.

Kamis, Agustus 28, 2008

THE LOGOS PRAYER

THE LOGOS PRAYER
(Ahmad Fa’is Zainudin)



YA ALLAH....
JADIKAN PUSAT KESADARAN KAMI ADALAH
”KECINTAAN KEPADA-MU”

JADIKANLAH MOTIVASI UTAMA KAMI DALAM HIDUP
ADALAH UNTUK MENJADIRAHMATAN LIL ’ALAMIN

DENGAN MEMBERIKAN MANFAAT SEBESAR MUNGKIN
KEPADA SEBANYAK MUNGKIN UMAT MANUSIA

DAN JADIKANLAH ALASAN UTAMA KAMI MELANJUTKAN HIDUP
ADALAH UNTUK TERUS MENERUS MEMPERBAIKI DIRI KAMI,
KELUARGA KAMI DAN MASYARAKAT KAMI,
DAN MASA DEPAN ANAK-ANAK KAMI
MENUJU RIDHO-MU.......

HINGGA KAMI SEMUA KEMBALI DALAM PELUKAN CINTA-MU

ALHAMDULLILAH

Marhaban Ya Ramadhan 1429 H

Doa Malaikat Jibril Menjelang Ramadhan:
“ Ya Allah Tolong Abaikan Puasa Umat Muhammad Apabila Sebelum Memasuki Bulan Ramadhan dia Tidak Melakukan hal-hal berikut ini: (1) Tidak Memohon Maaf Terlebih Dahulu Kepada Kedua Orang Tuanya (jika masih hidup); (2) Tidak bermaafan terlebih dahulu di antara Suami – Istri; (3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang di sekitarnya”.

Maka Rasulullahpun mengatakan; “Amien ….. Amien ……. Amien …….”

Karena itu melalui blog ini TERLEBIH DAHULU SAYA MEMOHON MAAF kepada Ibunda Hj. Siti Nuriyah, Istriku Hj. Erni Mawarlisa, Saudara-Saudaraku di Sintang, Pontianak, Medan, Padang, Kuala Lumpur, serta teman-teman semuanya di seluruh Indonesia. MOHON MAAF ATAS KEKHILAFAN DAN KESALAHAN SAYA.

Semoga Allah memberikan kesehatan, rahmat, karunia, dan hidayah-NYA kepada kita semua, dan Ramadhan yang akan kita jelang ini bisa mengantar kita menjadi GOLONGAN ORANG-ORANG YANG BERTAQWA. Amien.... Amien......Amien......

Minggu, Agustus 17, 2008

SERI: MENIKMATI KEHIDUPAN (4)

HIDUP ADALAH BERBAGI
(Tulisan ini diilhami oleh pesan Alm. Ayahnda Penulis H. Dandan Dahlan, bahwa jika engkau memiliki sesuatu dan orang lain menginginkannya berikanlah dengan penuh ridho Allah, niscaya kamu akan mendapatkan ganti yang lebih, karena sebenarnya BERBAGI ini adalah antara kamu dengan Tuhan-mu, bukan dengan orang yang meminta darimu).
BERBAGI adalah sifat lahiriah yang sebenarnya sudah diberikan Allah kepada kita. Kita lihat ke belakang, manusia itu lahir karena hasil BERBAGI orang tiga kita, setelah tumbuh menjadi janin dalam rahim, Ibunda kita juga BERBAGI makanan dengan janin, saat melahirkanpun Ibunda kita juga BERBAGI nyawa. Setelah lahir saat keluar dari rahim barulah BERBAGI kehidupan itu dimulai oleh sang bayi. Bukanlah saat lahir itu sang bayi juga berbagi, yaitu berbagi BERBAGI tangis. Tapi anehnya ketika bayi BERBAGI tangin justru orang-orang yang sudah mengharapkan kehabirang sang bayi mengucapkan syukur. Lho....anaknya menangis semua pada gembira dan bersyukur, sebaliknya manakalah sang bayi ini lahir tanpa BERBAGI tangis, justru orang-orang yang menunggunya pasti akan sedih karena sangat mungkin bayi itu meninggal dunia.

Setelah itu kita terus hidup, tumbuh dan berkembang semuanya dengan BERBAGI. Dalam kelurga kita saling BERBAGI sesama anggota keluarga, di sekolah Guru dan Ustadz BERBAGI ilmu pengetahuan, ditepat kita bekerja Perusahaan/Kantor BERBAGI rezeki kepada kita, dimasyarakat kita juga saling BERBAGI

Dalam Islam sudah ditegaskan bahwa tidak akan pernah jatuh miskin orang yang menafkahkan (BERBAGI) hartanya di jalan Allah. Selain itu juga konsep berbagi ini sudah ditegaskan agar kita menyisihkan 2,5% dari penghasilan kita untuk BERBAGI dengan Yatim-piatu, fakir miskin, dan kegiatan keagamaan lainnya. Bahkan Faiz Zainudin (Penemu metode SEFT dan Pendiri Logos Institute, GURU Penulis sebagai seorang SEFTER) mengatakan kalau menginginkan rezeki yang lebih (Deep SEFT) maka kita harus BERBAGI sebanyak 20% dari rezeki kita.

Sekedar untuk direnungkan;
Berapa penghasilan kita dalam 1 bulan?
Berapa jumlah rezeki yang kita peroleh kemudian kita gunakan untuk BERBAGI?

Menyadari hal tersebut mengapa kemudian kita sombong dan pelit (bahasa Meayu-nya Masin) atau tidak mau BERBAGI? Kalau dalam kehidupan kita ini tidak mau BERBAGI berarti sama dengan kita sudah menganggap bahwa diri kita ini sebagai orang yang mati, bukankah orang hidup itu saling BERBAGI? (Ingat sifat ini tercermin dari proses kelahiran yang diuraikan di atas).

Dengan BERBAGI artinya kita sudah mensyukuri rezeki Allah sekaligus MEMBUKA PINTU REZEKI bagi kehidupan kita.

Insya Allah kalau kita berbagi semata-mata Lillahi-ta’ala (bukan karena Riya’), maka Allah akan membalasnya berlipat ganda.

SERI: MENIKMATI KEHIDUPAN (3

Hidup Adalah REZEKI

REZEKI selalu didamba oleh setiap orang. Dalam setiap doa REZEKI selalu di ”mintakan” kepada Sang Khalik Yang Maha Memiliki dan Maha Pemberi. Tapi dalam kenyataan hidup seringkali permintaan REZEKI ini hanya merupakan ”ritual doa semata”, artinya selesai meminta kita tidak melakukan apa-apa, kita hanya pasrah menunggu REZEKI datang dari langit.

Kalau demikian berarti kita hanya bisa mendapat REZEKI yang biasa-biasa saja, kalau kita seorang pekerjaan kita hanya akan mendapatkan gaji semata dari tempat kita bekerja. Sebaliknya kalau kita ingin REZEKI yang luar biasa tentunya kitapun harus bisa melakukan hal yang luar biasa.

Sekedar mengingat firman Allah ”bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum bila mereka tidak mengubah nasibnya sendiri”. Selain itu ada suatu ungkapan yang layak kita renungkan; ”Adalah suatu kebodohan kalau kita menginginkan REZEKI yang lebih tapi kita tetap melakukan pekerjaan yang sama”.

Setidaknya ungkapan ini bisa dijadikan introspeksi pada diri kita bagaimana perilaku kehidupan kita selama ini. Kalau kita selalu mengingkan REZEKI yang lebih sudahkan kita juga melakukan pekerjaan yang lebih juga?

Hidup manusia adalah REZEKI. Setelah mendapat rezeki kehidupan setiap orangpun menginginkan REZEKI lebih di dunia, juga REZEKI lebih diakrehat (baca: surga).
Berbagi pengalaman.

Saya sudah membuktikan hal tersebut, saya mulai bekerja ketika masih kuliah (tahun 1998) dengan gaji pertama Rp. 36.000,-. Terakhir Februari 2006 saya bekerja mendapat gaji Rp. 1.289.000,-/bulan. Namun tahun 1999 saya melihat ada peluang yang bisa meningkatkan penghasilan, saya mulai bekerja rangkap; pagi ditempat bekerja yang pertama dan sore sampai malam ditempat bekerja yang kedua. Berarti kalau yang normal bekerja 8 jam sehari saya tahun 1999 sudah mulai bekerja dengan sekitar 12 jam sehari dan saya mulai mendapat peningkatan penghasilan, menjadi rata-rata Rp. 2.000.000,-/bulan.Tahun 2005 saya melihat ada satu peluang yang lebih besar lagi, dengan tanpa merugikan waktu tempat saya bekerja pertama dan kedua saya mulai merintis usaha Konsultan Perguruan Tinggi, dengan kondisi tersebut praktis rata-rata dalam sehari waktu kerja saya meningkat menjadi 18 jam dan saya baru tidur selalu di atas jam 1 dini hari dan selalu bangun saat waktu sholat Subuh, setelah itu langsung mulai dengan aktivitas lagi. Karena pertimbangan waktu terhitung 1 Maret 2006 saya mengundurkan diri dari tempat bekerja pertama dan konsentrasi sebagai konsultan (sampai tahun 2008 saya sudah membantu sebanyak 38 perguruan tinggi), Alhamdudillah 3x, sejak itu saya bisa mendapatkan REZEKI yang luar biasa yang selama ini tidak pernah terbayangkan. Dan dengan REZEKI ini saya sangat bersyukur karena saya sekeluarga bisa berangkat umroh melalui Biro Safira (2006), berangkat haji melalui BPIH khusus Andalus bersama orang tua kami, termasuk yang sudah Almarhum – di wakilkan – (2007), membeli dan merenovasi rumah yang layak di Unimas Garden Regency (2007-2008), dan yang paling membahagiakan bisa membantu mendidik anak Yatim Piatu dan kaum duapa (baru bisa mengasuh 18 anak, inipun belum penuh karena masih dibantu oleh teman-teman yang budiman. Dan ladang amal untuk memunuhi tuntutan Ilahi ini tidak kami ambil sendiri karena itu kalau ada pembaca budiman yang juga ingin membantu karena mengharap ridho Allah dengan senang hati kami akan menerimanya. Insya Allah dalam waktu dekat profil Panti Asuhan ini juga akan kami up-load secara lengkap).

Itulah hidup dan REZEKI dan kita tidak pernah tahu dari mana datangkannya REZEKI. Bagian terpenting dari upaya mendapat REZEKI lebih ini adalah kita jangan meminta tapi sebaliknay kita harus selalu memberi. Karena dari kita memberi kepada orang lain itu adalah pintu masuknya REZEKI kita. Selalu tanamkan pada kehidupan kita; bersykurlah setiap saat, bekerjalah dengan baik, jujur, dan waktu yang lebih banyak maka REZEKI itu akan datang dengan sendirinya. Tapi jangan lupa untuk selalu Berbagi. (Seri lanjutan Hidup Adalah Berbagi).

Apakah H. Andi Mursidi Seorang Ustadz?

Tulisan ini disampaikan karena ada beberapa E-mail yang masuk ke Penulis dengan menyebut Penulis sebagai seorang Ustadz.

Kalau Penulis berani membahas tentang berbagai persoalan hidup seperti Tulisan Seri Menimati Kehidupan, bukan berarti Penulis adalah seorang Ustadz, masih sangat jauh dari itu karena pengetahuan agama Islam Penulis masih sangat dangkal.

Namun Penulis mencoba melihat dari sisi yang lain yang kalau boleh dikatakan Penulis mencoba mengangkatnya dari sisi yang disebut sebagai Islam Populer, yaitu Penulis tidak membahas tentang surat, ayat, atau kelimuan Islam lainnya, tapi Penulis mencoba mengangkatnya dari sisi bagaimana aplikasi Islam yang praktis dalam kehidupan kita.

Jadi disini Pembaca tidak akan menemukan ayat atau surat yang menjadi referensinya (kalau ada itu hanya sebatas yang penulis tahu saja), tapi lebih pada nalar praktis kehidupan yang sesuai dengan tuntutan dan ajaran Islam.

Hal ini Penulis lakukan, karena kita sering terjebak Al-Qurnan Hapal, Rukun Iman – Rukun Islam sudah diluar kepala, tapi prakteknya? Nanti dulu...... Contoh sederhana pernah suatu Subuh jam 03.00 dinihari sebuah mushola disekitar rumah penulis sudah azhan untuk sholat Tahajud, kemudian jam 03.45 melantunkan pujian dan sholawat kemudian azdan subuh 04.17 setelah itu melantunkan sholawat sampai menjelang Iqomat. Sholat sekitar 4 menit, kemudian diakhiri dzikir dan doa sampai pukul 17.15. Karena penasaran penulis eskonya mendatangi mushola tersebut setelah beberapa kali sholat Subuh disana penulis memberanikan diri untuk bertanya ”Apakah Ia Paham dengan dzikir dan doa panjang yang diucapkan setelah Sholat subuh sekitar 40 – 50 menit (10 kali waktu sholat), Jawaban sungguh mencengangkan soal hapalan dzikir dan doa karena rutingitas ia sangat hapal, tapi artinya? Ternayata ia tidak tahu doa apa yang sedang diucapkannya. Ini tentunya suatu Ironi, sekaligus menunjukkan bahwa ibadah kita itu sifatnya hanya ”ritual” saja. Bukan ”penghambaan” diri kepada Allah SWT.

Jadi kita jangan heran walapun Indonesia ini mayoritas Islam, tapi korupsi dan angka kriminalitasnya sangat tinggi. Padahal Allah sudah secara tegas mengatakan bahwa ”Sholat dapat mencegah kemungkaran”, tspi snehnys setelah selesai Sholat justru yang dilakukan adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam. Ini menunjukan bahwa Sholat yang dilakukan tidak ”ngepek” karena sholatnya hanya sekedar ritual 5 waktu saja.

Berangkat dari kondisi tersebut Penulis kemudian mencoba mencari sesuatu yang baru dengan cara melihat praktek-praktek kehidupan nyata yang praktis dan sesuai ajaran dan tuntutan Islam. Inilah Islam Populer.