Tulisan ini disampaikan karena ada beberapa E-mail yang masuk ke Penulis dengan menyebut Penulis sebagai seorang Ustadz.
Kalau Penulis berani membahas tentang berbagai persoalan hidup seperti Tulisan Seri Menimati Kehidupan, bukan berarti Penulis adalah seorang Ustadz, masih sangat jauh dari itu karena pengetahuan agama Islam Penulis masih sangat dangkal.
Namun Penulis mencoba melihat dari sisi yang lain yang kalau boleh dikatakan Penulis mencoba mengangkatnya dari sisi yang disebut sebagai Islam Populer, yaitu Penulis tidak membahas tentang surat, ayat, atau kelimuan Islam lainnya, tapi Penulis mencoba mengangkatnya dari sisi bagaimana aplikasi Islam yang praktis dalam kehidupan kita.
Jadi disini Pembaca tidak akan menemukan ayat atau surat yang menjadi referensinya (kalau ada itu hanya sebatas yang penulis tahu saja), tapi lebih pada nalar praktis kehidupan yang sesuai dengan tuntutan dan ajaran Islam.
Hal ini Penulis lakukan, karena kita sering terjebak Al-Qurnan Hapal, Rukun Iman – Rukun Islam sudah diluar kepala, tapi prakteknya? Nanti dulu...... Contoh sederhana pernah suatu Subuh jam 03.00 dinihari sebuah mushola disekitar rumah penulis sudah azhan untuk sholat Tahajud, kemudian jam 03.45 melantunkan pujian dan sholawat kemudian azdan subuh 04.17 setelah itu melantunkan sholawat sampai menjelang Iqomat. Sholat sekitar 4 menit, kemudian diakhiri dzikir dan doa sampai pukul 17.15. Karena penasaran penulis eskonya mendatangi mushola tersebut setelah beberapa kali sholat Subuh disana penulis memberanikan diri untuk bertanya ”Apakah Ia Paham dengan dzikir dan doa panjang yang diucapkan setelah Sholat subuh sekitar 40 – 50 menit (10 kali waktu sholat), Jawaban sungguh mencengangkan soal hapalan dzikir dan doa karena rutingitas ia sangat hapal, tapi artinya? Ternayata ia tidak tahu doa apa yang sedang diucapkannya. Ini tentunya suatu Ironi, sekaligus menunjukkan bahwa ibadah kita itu sifatnya hanya ”ritual” saja. Bukan ”penghambaan” diri kepada Allah SWT.
Jadi kita jangan heran walapun Indonesia ini mayoritas Islam, tapi korupsi dan angka kriminalitasnya sangat tinggi. Padahal Allah sudah secara tegas mengatakan bahwa ”Sholat dapat mencegah kemungkaran”, tspi snehnys setelah selesai Sholat justru yang dilakukan adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam. Ini menunjukan bahwa Sholat yang dilakukan tidak ”ngepek” karena sholatnya hanya sekedar ritual 5 waktu saja.
Berangkat dari kondisi tersebut Penulis kemudian mencoba mencari sesuatu yang baru dengan cara melihat praktek-praktek kehidupan nyata yang praktis dan sesuai ajaran dan tuntutan Islam. Inilah Islam Populer.
Kalau Penulis berani membahas tentang berbagai persoalan hidup seperti Tulisan Seri Menimati Kehidupan, bukan berarti Penulis adalah seorang Ustadz, masih sangat jauh dari itu karena pengetahuan agama Islam Penulis masih sangat dangkal.
Namun Penulis mencoba melihat dari sisi yang lain yang kalau boleh dikatakan Penulis mencoba mengangkatnya dari sisi yang disebut sebagai Islam Populer, yaitu Penulis tidak membahas tentang surat, ayat, atau kelimuan Islam lainnya, tapi Penulis mencoba mengangkatnya dari sisi bagaimana aplikasi Islam yang praktis dalam kehidupan kita.
Jadi disini Pembaca tidak akan menemukan ayat atau surat yang menjadi referensinya (kalau ada itu hanya sebatas yang penulis tahu saja), tapi lebih pada nalar praktis kehidupan yang sesuai dengan tuntutan dan ajaran Islam.
Hal ini Penulis lakukan, karena kita sering terjebak Al-Qurnan Hapal, Rukun Iman – Rukun Islam sudah diluar kepala, tapi prakteknya? Nanti dulu...... Contoh sederhana pernah suatu Subuh jam 03.00 dinihari sebuah mushola disekitar rumah penulis sudah azhan untuk sholat Tahajud, kemudian jam 03.45 melantunkan pujian dan sholawat kemudian azdan subuh 04.17 setelah itu melantunkan sholawat sampai menjelang Iqomat. Sholat sekitar 4 menit, kemudian diakhiri dzikir dan doa sampai pukul 17.15. Karena penasaran penulis eskonya mendatangi mushola tersebut setelah beberapa kali sholat Subuh disana penulis memberanikan diri untuk bertanya ”Apakah Ia Paham dengan dzikir dan doa panjang yang diucapkan setelah Sholat subuh sekitar 40 – 50 menit (10 kali waktu sholat), Jawaban sungguh mencengangkan soal hapalan dzikir dan doa karena rutingitas ia sangat hapal, tapi artinya? Ternayata ia tidak tahu doa apa yang sedang diucapkannya. Ini tentunya suatu Ironi, sekaligus menunjukkan bahwa ibadah kita itu sifatnya hanya ”ritual” saja. Bukan ”penghambaan” diri kepada Allah SWT.
Jadi kita jangan heran walapun Indonesia ini mayoritas Islam, tapi korupsi dan angka kriminalitasnya sangat tinggi. Padahal Allah sudah secara tegas mengatakan bahwa ”Sholat dapat mencegah kemungkaran”, tspi snehnys setelah selesai Sholat justru yang dilakukan adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam. Ini menunjukan bahwa Sholat yang dilakukan tidak ”ngepek” karena sholatnya hanya sekedar ritual 5 waktu saja.
Berangkat dari kondisi tersebut Penulis kemudian mencoba mencari sesuatu yang baru dengan cara melihat praktek-praktek kehidupan nyata yang praktis dan sesuai ajaran dan tuntutan Islam. Inilah Islam Populer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar