Kamis, Agustus 07, 2008

SERI: MENIKMATI KEHIDUPAN (2)

HIDUP ADALAH BEKERJA
Bekerja? Ya... Bekerja. Saat masih kuliah bekerja adalah salah satu cita-cita. Baik itu bekerja sendiri (berwirausaha) atau bekerja dengan orang lain, yang penting adalah BEKERJA. Tanpa kita sadari, apapun profesinya ternyata bekerja itu kemudian menjadi sebuah status dan simbol kehidupan.

Yang menjadi persoalan berkaitan dengan BEKERJA ini adalah pertama, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk mulai bekerja; kedua, bagaimana cara kita dalam bekerja; dan ketiga, bagaimana setelah kita tidak bekerja.

Pertama, mempersiapkan diri dalam bekerja harus sudah dimulai sejak anak masih dalam kandungan, kemudian lahir, dan sekolah. Agar kelak anaknya bisa bekerja orang tua tidak hanya cukup memberi bekal pendidikan (hard-skill) semata, tapi harus dibekali dengan kemampuan lain seperti kemampuan berperilaku baik (lebih dikenal dengan istilah soft-skill), kemampuan untuk bergaul dan menghargai orang lain (human interest).

Hard-skill bisa dipercayakan dengan sekolah/perguruan tinggi (bukan berarti orang tuas harus lepas tangan) karena hal ini berkaitan dengan proses pendidikan, tapi kemampuan soft skill harus dimulai dari rumah tangga. Ini terlihat dari beberapa indikator soft-skill, yaitu: Komitmen, Inisiatif, Kemampuan untuk belajar, Handal, Percaya diri, Kemampuan berkomunikasi, Antusias, Berani mengambil keputusan, Integritas, Motivasi untuk meraih prestasi/ Gigih, Berkreasi, Kerjasama dalam tim, Berfikir kritis, Menghargai pendapat orang lain.

Human interest juga memainkan peran yang penting, salah satu indikatornya adalah kepedulian dengan orang lain. Tanpa kita sadari mungkin kepedulian kita dengan orang lain sudah mulai berkurang, karena seringkali kali dengan perkembangan teknologi informasi, tuntutan dan kerasnya persaingan hidup, keterbatasan waktu seolah-olah kita kemudian merasa bahwa kita bisa memenuhi semua kebutuhan hidup kita sendiri. Selalukah kita berpikir ”kalau saya melakukan hal ini bagaimana dengan orang lain?”.

Asek soft-skill dan human interest inilah yang seringkali membuat anak kita menjadi sulit dalam memasuki dunia kerja, karena kedua aspek ini dalam test memasuki dunia kerja diukur melalui ”Psychotest”. Artinya walaupun seorang anak itu pintar tapi kalau kemampuan soft-skill dan human ineterst ini rendah maka ia bisa gagal dalam memasuki dunia kerja, karena aspek hard-skill hanya memberikan kontribusi sebesar 40% dari kesuksesan seorang pekerja. Kita belum terlambat melakukan koreksi untuk mulai meningkatkan kemampuan soft-skill dan human interest ini, lakukan mulai sekarang dari rumah kita.

Kedua, kalau kita sudah memasuki dunia kerja satu kata kuncinya yaitu; ”profesional”. Orang yang profesional itu adalah orang yang menghargai pekerjaannya, menghargai waktu, dan tidak merugikan orang lain dalam bekerja (bisa dibaca: ANTI Kolusi, Korupsi dan Nepotisme).

Ketiga, hidup manusia itu adalah siklusnya, setelah memasuki dunia kerja tentunya suatu saat pekerja itu harus menyiapkan diri untuk tidak bekerja, banyak orang yang takut memasuki masa pensiun, hal ini mencerminkan bahwa orang tersebut tidak mempersiapkan diri untuk pensiun. Persiapan ini tidak hanya persiapan mental tapi lebih diutamakan pada pensiapan investasi (terutama untuk pekerja yang tidak mendapat pensiun).

Uraian di atas sengaja difokuskan untuk persiapan kerja dan tulisan ini sekedar mengingatkan kita karena kesuksesan anak kita dalam memasuki pasar kerja dikemudian hari lebih banyak ditentukan oleh perilaku kita dalam mendidik anak di rumah. Sekaligus kiranya hal ini bisa menjadi cermin bagi kita dalam mempersiapkan diri untuk bekerja, karena dengan bekerja berarti kita menikmati anugrah kehidupan yang diberikan Allah kepada kita, dan dengan bekerja itu menunjukan bahwa kita masih hidup.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Tulisannya ringan, santai, dan enak dibaca tapi sangat bermakna dalam mengingatkan perilkau saya sebagai orang tua.
Saya tunggu tulisan lainnya.
Salam hangat 070808