Kamis, September 11, 2008

Berkah Ramadhan 1429 H

BERKAH RAMADHAN
ANAK & ISTRIKU

Alhamdudillahhirabbil Alamin ……………….
  1. Hari ini Rabu tanggal 10 September 2009 tepat 9 Tahun Usia Anak tercintaku Atthaya Ershandi (EAZHA), mengingat dalam bulan ramadhan maka ulang tahun EZHA ke 9 ini sangat sederhana, selesai sholat tarawih di Mesjid langsung dilanjutkan tadarus di rumah kami (kebiasaan ini sudah berlangsung lama), kemudian selesai tadarus diteruskan dengan pembacaan doa untuk EZHA dan diakhiri pemotongan ice cream tart ulang tahun.
    Ezha sangat senang dan gembira di hari ini, karena mendapat hadiah mainan rel-hotswill dari Ayah dan sepatu dari Ibu dan lebih asyik lagi biasanya kue ulang tahun biasanya kue tart biasa sekarang diganti dengan ice cream.
    Ya Allah … mahabesar dan mahakuasa Engkau atas segala ciptaanmu …. Berikan rahmat, taufik dan hidayahmu kepada kami, jadikan kami sebagai rahmatin lil alamin bagi lingkungan kami, dan curahkan kemudahan, kelapangan, dan keluasan rezeki kepada kami, Yaa Rabb, jadikan anak kami Ezha sebagai anak yang sholeh, berbakti kepada agama, orang tua, dan bangsa kami, berikanlah kemudahan dan kecemrlanganmu pada EZHA agar ia mudah dalam menerima, mencerna, dan menerapkan ilmu agama, pengetahuan dan teknologi, dan jadikanlah kelak ia sebagai Pemimpin yang JUJUR di Negeri kami. Amien……..
  2. Jumat 12 September 2009 malam Insya Allah istriku Erni Mawarlisa akan mengikuti Ujian Thesis Magister Ilmu Hukum di Universitas Surabaya. Thesis ini adalah puncak dari kegiatan akademik yang sudah dijalani hampir 2 tahun. Untuk persiapan ini wah…… kemana-mana dan hampir setiap waktu istriku terus belajar, padahal kalau untuk tugas/ujian matakuliah tidak seperti ini, yah …. Mungkin grogi …. Maklum aja ‘kan di uji lisan.
    Materi thesis yang diangkat tidak jauh dengan bidang pekerjaannya saat ini di TVRI Jawa Timur yaitu ASPEK YURIDIS PERLINDUNGAN KONSUMEN DARI SIARAN IKLAN DI TELEVISI, karena itu Aku yakin Istriku akan bisa mengikuti ujian thesis ini dengan baik dan lulus sesuai dengan harapannya.
    Dan besok Aku beserta Anakku akan menjadi suporternya dalam ujian, walapun tidak boleh masuk dalam ruang suporternya nunggu di halaman kampus juga nggak apa-apa.
    Insya Allah kalau lulus besok istriku akan mengikuti wisuda Sabtu, 18 Oktober 2008.

    Yaa… Allah ….. walapun istriku agak grogi mengikuti ujian thesis besok 12 September 2009, kami Ikhlas dan kami pasrahkannya semuanya kepada-MU ( 3 x).

Senin, September 01, 2008

KORUPTOR bersama ISTRI

Oleh:
Dr. H. Eddy Pranjoto W., SH., MPA., M.Si. (Dosen STIH YPM Sidoarjo)


Kalimat koruptor bersama istri jika diwujudkan secara nyata, sering kita lihat dalam hidup keseharian. Kata koruptor dalam bahasa Indonesia yang baku berarti orang melakukan korupsi. Sedangkan kata korupsi terambil dari kata korup yang artinya buruk, busuk, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Kata korup ditambah imbuhan si menjadi kata korupsi, yang berarti penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Dengan demikian jika sebagian orang menganggap bahwa, kata koruptor hanya diberikan kepada pelaku yang mencuri keuangan rakyat (baca: Negara) dengan jumlah milyaran rupiah saja adalah sebenarnya keliru sekali. Sementara itu, kata istri secara kebahasaan adalah perempuan yang telah menikah atau yang bersuami. Dalam kamus bahasa Indonesia istri juga disebut garwa, terambil dari bahasa Jawa garwo. Garwo sering dimaknai sigaraning nyowo oleh orang Jawa, artinya dalam bahasa Indonesia sama dengan separuhnya nyawa atau belahan jiwa. Belahan jiwanya siapa ?, yaitu tidak lain adalah suami. Makna belahan jiwa menunjukkan, begitu dekatnya hubungan kedua manusia yang berlainan jenis dan terikat perkawinan itu. Sehingga sebelum mempunyai anak, hubungan suami yang paling dekat dan sangat dekat adalah dengan istrinya. Hubungan dengan orang tua, saudara dan teman sangat jauh ketimbang hubungan dengan istrinya. Jika kemudian mempunyai anak, maka hubungan terdekat suami mulai terpecah. Hubungan suami terdekat pertama, adalah dengan istri dan hubungan terdekat kedua, dengan anaknya. Begitu dekatnya hubungan suami-istri tersebut, sehingga apa yang dilakukan suami, istri akan mengetahui. Begitu juga sebaliknya, mereka juga akan selalu berbagi senang dan duka.

Istri lebih tahu ketimbang penegak hukum
Koruptor sudah membumi disemua sektor pelayanan publik, seiring getolnya KPK, Polisi, Jaksa dan Hakim yang memegang amanah rakyat untuk memberantas koruptor. Ada koruptor yang ditangkap dan ada koruptor yang diloloskan. Sebutan koruptor dapat pula diberikan kepada petugas parkir yang tidak memberikan karcis pada orang yang parkir, petugas pajak yang memanipulasi bon di rumah makan, petugas imigrasi yang mempersulit permohonan paspor karena tidak memberi imbalan, dosen tidak meluluskan peserta ujian karena tidak diberi imbalan, anggota dewan yang mempermudah rancangan undang-undang menjadi undang-undang karena diberi imbalan dan/atau penyelenggara negara mempermudah pelayanan publik karena diberi imbalan. Hanya saja imbalan itu sekarang dibuat dengan istilah keren, yaitu gratifikasi. Akan tetapi arti harfiahnya sama saja, yaitu menerima uang sogok. Masalahnya adalah, siapa yang lebih dahulu mengetahui adanya koruptor?. Apakah KPK, polisi, jaksa atau hakim yang lebih dahulu mengetahui perbuatan koruptor?. Tentu saja tidak, dan orang lebih dulu mengetahui koruptor adalah orang yang paling dekat dengannya, yaitu istrinya atau belahan jiwanya.
Mengapa istri yang paling mengetahui perbuatan koruptor?. Secara normatif dan sosiologis, istri akan mengetahui berapa gaji suaminya. Jika gaji suami setiap bulan Rp. 7.500.000,- maka secara matematis selama 5 tahun gaji yang diterima suami genap sebesar Rp. 450.000.000,- (itupun jika tidak sakit dan kehidupan rumah tangganya ditanggung mertua). Sementara itu selama kurun waktu 5 tahun, suami dengan sabar dan tawakal menanti tingkat kesejahteraan serta menahan untuk tidak menikmati gebyarnya dunia secara berlebihan (misalnya membeli mobil baru, rumah baru, mengajak pergi haji plus Rp. 70.000.000,-/perorang atau kenikmatan lainnya), maka dapat dipastikan istri mengetahui suaminya bukanlah seorang koruptor. Sebaliknya, jika selama kurun waktu itu suami memberikan gebyarnya dunia kepada istri, sedangkan suami tidak pernah menerima warisan, menjadi perantara di luar dinasnya atau mencari tambahan pengasilan yang halal, maka dapat dipastikan pula bahwa istri mengetahui perbuatan suaminya, yairu sebagai seorang koruptor. Istri memang dapat sebagai penyulut suami untuk menjadi koruptor. Dikatakan sebagai penyulut, jika istri mendiamkan pemberian suami di luar gaji yang ia terima, tanpa menanyakan darimana asalnya. Tidak peduli darimana suami memperoleh tambahan gajinya, yang penting baginya. Ia dapat ikut menikmati gebyarnya dunia modern. Sebaliknya, istri yang berbudi pekerti baik. Ia dapat sebagai penyejuk hati suami dan tidak merangsang suami agar memberi gebyarnya dunia secara tercela. Ingat, Nabi Adam melakukan dosa karena rayuan ibu Siti Hawa untuk memakan pohon larangan Tuhan. Kiranya tidak berlebihan jika seorang istri, khususnya istri koruptor meneladani ibu Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim), yang dengan tawakal mengabdi kepada suami, meskipun sama sekali tidak diberi kemewahan. Namun tetap dengan tekun mendidik anaknya, Ismail.

Kamis, Agustus 28, 2008

THE LOGOS PRAYER

THE LOGOS PRAYER
(Ahmad Fa’is Zainudin)



YA ALLAH....
JADIKAN PUSAT KESADARAN KAMI ADALAH
”KECINTAAN KEPADA-MU”

JADIKANLAH MOTIVASI UTAMA KAMI DALAM HIDUP
ADALAH UNTUK MENJADIRAHMATAN LIL ’ALAMIN

DENGAN MEMBERIKAN MANFAAT SEBESAR MUNGKIN
KEPADA SEBANYAK MUNGKIN UMAT MANUSIA

DAN JADIKANLAH ALASAN UTAMA KAMI MELANJUTKAN HIDUP
ADALAH UNTUK TERUS MENERUS MEMPERBAIKI DIRI KAMI,
KELUARGA KAMI DAN MASYARAKAT KAMI,
DAN MASA DEPAN ANAK-ANAK KAMI
MENUJU RIDHO-MU.......

HINGGA KAMI SEMUA KEMBALI DALAM PELUKAN CINTA-MU

ALHAMDULLILAH

Marhaban Ya Ramadhan 1429 H

Doa Malaikat Jibril Menjelang Ramadhan:
“ Ya Allah Tolong Abaikan Puasa Umat Muhammad Apabila Sebelum Memasuki Bulan Ramadhan dia Tidak Melakukan hal-hal berikut ini: (1) Tidak Memohon Maaf Terlebih Dahulu Kepada Kedua Orang Tuanya (jika masih hidup); (2) Tidak bermaafan terlebih dahulu di antara Suami – Istri; (3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang di sekitarnya”.

Maka Rasulullahpun mengatakan; “Amien ….. Amien ……. Amien …….”

Karena itu melalui blog ini TERLEBIH DAHULU SAYA MEMOHON MAAF kepada Ibunda Hj. Siti Nuriyah, Istriku Hj. Erni Mawarlisa, Saudara-Saudaraku di Sintang, Pontianak, Medan, Padang, Kuala Lumpur, serta teman-teman semuanya di seluruh Indonesia. MOHON MAAF ATAS KEKHILAFAN DAN KESALAHAN SAYA.

Semoga Allah memberikan kesehatan, rahmat, karunia, dan hidayah-NYA kepada kita semua, dan Ramadhan yang akan kita jelang ini bisa mengantar kita menjadi GOLONGAN ORANG-ORANG YANG BERTAQWA. Amien.... Amien......Amien......

Minggu, Agustus 17, 2008

SERI: MENIKMATI KEHIDUPAN (4)

HIDUP ADALAH BERBAGI
(Tulisan ini diilhami oleh pesan Alm. Ayahnda Penulis H. Dandan Dahlan, bahwa jika engkau memiliki sesuatu dan orang lain menginginkannya berikanlah dengan penuh ridho Allah, niscaya kamu akan mendapatkan ganti yang lebih, karena sebenarnya BERBAGI ini adalah antara kamu dengan Tuhan-mu, bukan dengan orang yang meminta darimu).
BERBAGI adalah sifat lahiriah yang sebenarnya sudah diberikan Allah kepada kita. Kita lihat ke belakang, manusia itu lahir karena hasil BERBAGI orang tiga kita, setelah tumbuh menjadi janin dalam rahim, Ibunda kita juga BERBAGI makanan dengan janin, saat melahirkanpun Ibunda kita juga BERBAGI nyawa. Setelah lahir saat keluar dari rahim barulah BERBAGI kehidupan itu dimulai oleh sang bayi. Bukanlah saat lahir itu sang bayi juga berbagi, yaitu berbagi BERBAGI tangis. Tapi anehnya ketika bayi BERBAGI tangin justru orang-orang yang sudah mengharapkan kehabirang sang bayi mengucapkan syukur. Lho....anaknya menangis semua pada gembira dan bersyukur, sebaliknya manakalah sang bayi ini lahir tanpa BERBAGI tangis, justru orang-orang yang menunggunya pasti akan sedih karena sangat mungkin bayi itu meninggal dunia.

Setelah itu kita terus hidup, tumbuh dan berkembang semuanya dengan BERBAGI. Dalam kelurga kita saling BERBAGI sesama anggota keluarga, di sekolah Guru dan Ustadz BERBAGI ilmu pengetahuan, ditepat kita bekerja Perusahaan/Kantor BERBAGI rezeki kepada kita, dimasyarakat kita juga saling BERBAGI

Dalam Islam sudah ditegaskan bahwa tidak akan pernah jatuh miskin orang yang menafkahkan (BERBAGI) hartanya di jalan Allah. Selain itu juga konsep berbagi ini sudah ditegaskan agar kita menyisihkan 2,5% dari penghasilan kita untuk BERBAGI dengan Yatim-piatu, fakir miskin, dan kegiatan keagamaan lainnya. Bahkan Faiz Zainudin (Penemu metode SEFT dan Pendiri Logos Institute, GURU Penulis sebagai seorang SEFTER) mengatakan kalau menginginkan rezeki yang lebih (Deep SEFT) maka kita harus BERBAGI sebanyak 20% dari rezeki kita.

Sekedar untuk direnungkan;
Berapa penghasilan kita dalam 1 bulan?
Berapa jumlah rezeki yang kita peroleh kemudian kita gunakan untuk BERBAGI?

Menyadari hal tersebut mengapa kemudian kita sombong dan pelit (bahasa Meayu-nya Masin) atau tidak mau BERBAGI? Kalau dalam kehidupan kita ini tidak mau BERBAGI berarti sama dengan kita sudah menganggap bahwa diri kita ini sebagai orang yang mati, bukankah orang hidup itu saling BERBAGI? (Ingat sifat ini tercermin dari proses kelahiran yang diuraikan di atas).

Dengan BERBAGI artinya kita sudah mensyukuri rezeki Allah sekaligus MEMBUKA PINTU REZEKI bagi kehidupan kita.

Insya Allah kalau kita berbagi semata-mata Lillahi-ta’ala (bukan karena Riya’), maka Allah akan membalasnya berlipat ganda.

SERI: MENIKMATI KEHIDUPAN (3

Hidup Adalah REZEKI

REZEKI selalu didamba oleh setiap orang. Dalam setiap doa REZEKI selalu di ”mintakan” kepada Sang Khalik Yang Maha Memiliki dan Maha Pemberi. Tapi dalam kenyataan hidup seringkali permintaan REZEKI ini hanya merupakan ”ritual doa semata”, artinya selesai meminta kita tidak melakukan apa-apa, kita hanya pasrah menunggu REZEKI datang dari langit.

Kalau demikian berarti kita hanya bisa mendapat REZEKI yang biasa-biasa saja, kalau kita seorang pekerjaan kita hanya akan mendapatkan gaji semata dari tempat kita bekerja. Sebaliknya kalau kita ingin REZEKI yang luar biasa tentunya kitapun harus bisa melakukan hal yang luar biasa.

Sekedar mengingat firman Allah ”bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum bila mereka tidak mengubah nasibnya sendiri”. Selain itu ada suatu ungkapan yang layak kita renungkan; ”Adalah suatu kebodohan kalau kita menginginkan REZEKI yang lebih tapi kita tetap melakukan pekerjaan yang sama”.

Setidaknya ungkapan ini bisa dijadikan introspeksi pada diri kita bagaimana perilaku kehidupan kita selama ini. Kalau kita selalu mengingkan REZEKI yang lebih sudahkan kita juga melakukan pekerjaan yang lebih juga?

Hidup manusia adalah REZEKI. Setelah mendapat rezeki kehidupan setiap orangpun menginginkan REZEKI lebih di dunia, juga REZEKI lebih diakrehat (baca: surga).
Berbagi pengalaman.

Saya sudah membuktikan hal tersebut, saya mulai bekerja ketika masih kuliah (tahun 1998) dengan gaji pertama Rp. 36.000,-. Terakhir Februari 2006 saya bekerja mendapat gaji Rp. 1.289.000,-/bulan. Namun tahun 1999 saya melihat ada peluang yang bisa meningkatkan penghasilan, saya mulai bekerja rangkap; pagi ditempat bekerja yang pertama dan sore sampai malam ditempat bekerja yang kedua. Berarti kalau yang normal bekerja 8 jam sehari saya tahun 1999 sudah mulai bekerja dengan sekitar 12 jam sehari dan saya mulai mendapat peningkatan penghasilan, menjadi rata-rata Rp. 2.000.000,-/bulan.Tahun 2005 saya melihat ada satu peluang yang lebih besar lagi, dengan tanpa merugikan waktu tempat saya bekerja pertama dan kedua saya mulai merintis usaha Konsultan Perguruan Tinggi, dengan kondisi tersebut praktis rata-rata dalam sehari waktu kerja saya meningkat menjadi 18 jam dan saya baru tidur selalu di atas jam 1 dini hari dan selalu bangun saat waktu sholat Subuh, setelah itu langsung mulai dengan aktivitas lagi. Karena pertimbangan waktu terhitung 1 Maret 2006 saya mengundurkan diri dari tempat bekerja pertama dan konsentrasi sebagai konsultan (sampai tahun 2008 saya sudah membantu sebanyak 38 perguruan tinggi), Alhamdudillah 3x, sejak itu saya bisa mendapatkan REZEKI yang luar biasa yang selama ini tidak pernah terbayangkan. Dan dengan REZEKI ini saya sangat bersyukur karena saya sekeluarga bisa berangkat umroh melalui Biro Safira (2006), berangkat haji melalui BPIH khusus Andalus bersama orang tua kami, termasuk yang sudah Almarhum – di wakilkan – (2007), membeli dan merenovasi rumah yang layak di Unimas Garden Regency (2007-2008), dan yang paling membahagiakan bisa membantu mendidik anak Yatim Piatu dan kaum duapa (baru bisa mengasuh 18 anak, inipun belum penuh karena masih dibantu oleh teman-teman yang budiman. Dan ladang amal untuk memunuhi tuntutan Ilahi ini tidak kami ambil sendiri karena itu kalau ada pembaca budiman yang juga ingin membantu karena mengharap ridho Allah dengan senang hati kami akan menerimanya. Insya Allah dalam waktu dekat profil Panti Asuhan ini juga akan kami up-load secara lengkap).

Itulah hidup dan REZEKI dan kita tidak pernah tahu dari mana datangkannya REZEKI. Bagian terpenting dari upaya mendapat REZEKI lebih ini adalah kita jangan meminta tapi sebaliknay kita harus selalu memberi. Karena dari kita memberi kepada orang lain itu adalah pintu masuknya REZEKI kita. Selalu tanamkan pada kehidupan kita; bersykurlah setiap saat, bekerjalah dengan baik, jujur, dan waktu yang lebih banyak maka REZEKI itu akan datang dengan sendirinya. Tapi jangan lupa untuk selalu Berbagi. (Seri lanjutan Hidup Adalah Berbagi).

Apakah H. Andi Mursidi Seorang Ustadz?

Tulisan ini disampaikan karena ada beberapa E-mail yang masuk ke Penulis dengan menyebut Penulis sebagai seorang Ustadz.

Kalau Penulis berani membahas tentang berbagai persoalan hidup seperti Tulisan Seri Menimati Kehidupan, bukan berarti Penulis adalah seorang Ustadz, masih sangat jauh dari itu karena pengetahuan agama Islam Penulis masih sangat dangkal.

Namun Penulis mencoba melihat dari sisi yang lain yang kalau boleh dikatakan Penulis mencoba mengangkatnya dari sisi yang disebut sebagai Islam Populer, yaitu Penulis tidak membahas tentang surat, ayat, atau kelimuan Islam lainnya, tapi Penulis mencoba mengangkatnya dari sisi bagaimana aplikasi Islam yang praktis dalam kehidupan kita.

Jadi disini Pembaca tidak akan menemukan ayat atau surat yang menjadi referensinya (kalau ada itu hanya sebatas yang penulis tahu saja), tapi lebih pada nalar praktis kehidupan yang sesuai dengan tuntutan dan ajaran Islam.

Hal ini Penulis lakukan, karena kita sering terjebak Al-Qurnan Hapal, Rukun Iman – Rukun Islam sudah diluar kepala, tapi prakteknya? Nanti dulu...... Contoh sederhana pernah suatu Subuh jam 03.00 dinihari sebuah mushola disekitar rumah penulis sudah azhan untuk sholat Tahajud, kemudian jam 03.45 melantunkan pujian dan sholawat kemudian azdan subuh 04.17 setelah itu melantunkan sholawat sampai menjelang Iqomat. Sholat sekitar 4 menit, kemudian diakhiri dzikir dan doa sampai pukul 17.15. Karena penasaran penulis eskonya mendatangi mushola tersebut setelah beberapa kali sholat Subuh disana penulis memberanikan diri untuk bertanya ”Apakah Ia Paham dengan dzikir dan doa panjang yang diucapkan setelah Sholat subuh sekitar 40 – 50 menit (10 kali waktu sholat), Jawaban sungguh mencengangkan soal hapalan dzikir dan doa karena rutingitas ia sangat hapal, tapi artinya? Ternayata ia tidak tahu doa apa yang sedang diucapkannya. Ini tentunya suatu Ironi, sekaligus menunjukkan bahwa ibadah kita itu sifatnya hanya ”ritual” saja. Bukan ”penghambaan” diri kepada Allah SWT.

Jadi kita jangan heran walapun Indonesia ini mayoritas Islam, tapi korupsi dan angka kriminalitasnya sangat tinggi. Padahal Allah sudah secara tegas mengatakan bahwa ”Sholat dapat mencegah kemungkaran”, tspi snehnys setelah selesai Sholat justru yang dilakukan adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam. Ini menunjukan bahwa Sholat yang dilakukan tidak ”ngepek” karena sholatnya hanya sekedar ritual 5 waktu saja.

Berangkat dari kondisi tersebut Penulis kemudian mencoba mencari sesuatu yang baru dengan cara melihat praktek-praktek kehidupan nyata yang praktis dan sesuai ajaran dan tuntutan Islam. Inilah Islam Populer.

Jumat, Agustus 15, 2008

Nilai Segelas Air

"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup" (QS. 21:30) Ayat ini merupakan ayat popular. Kerap dikutip orang saat menyatakan betapa pentingnya eksistensi air. Tidak satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak butuh air. Bahkan komponen terbesar dalam tubuh manusia dan banyak makhluk lainnya adalah air.

Air merupakan nikmat yang tiada ternilai. Proses sebuah air hingga bisa dinikmati oleh manusia sering digambarkan oleh Allah Swt dalam ayatNya dengan skema yang tidak main-main. Negeri kering nan tandus, kemudian Allah Swt kumpulkan debit air dalam sebuah wadah terbang-bergerak bernama awan. Lalu awan tersebut ditiup dan digiring menuju negeri yang Dia Swt kehendaki. Maka atas izinNya hujan pun turun membawa ribuan ton debit air. Membasahi bumi… lalu setelah itu manusia menggunakannya untuk minum, mencuci, mandi, masak dan lain-lain. Duh andai saja manusia menyadari proses ini, pasti mereka wajib bersyukur.

"Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?" (QS. 56 : 68-70)

Seorang raja bernama Harun Ar Rasyid sedang dalam sebuah perjalanan melintasi sebuah gurun pasir menunggangi unta. Bersamanya ada sebuah lelaki bijak sang penasehat raja bernama Ibnu As Samak. Perjalanan panjang di siang yang panas. Terik matahari membuat dehidrasi dan sang khalifah pun kehausan. Pada satu tempat yang teduh, Harun ar Rasyid menepi. Disuruhnya As Samak untuk menggelar tikar dan membawa minuman untuknya.

Ibnu Samak menggelar tikar untuk sang raja dan menuangkan segelas air untuknya. Saat gelas sudah terisi oleh air, lalu Ibnu As Samak berujar, "Khalifah…, dalam kondisi panas dan tenggorokan kehausan seperti ini, andaikata bila kau tidak dapatkan air untuk minum kecuali dengan harus mengeluarkan separuh kekayaanmu, sudikah engkau membayar dan mengeluarkannya? !" Hari terik dan panas mencekat kerongkongan, tanpa pikir panjang khalifah ar Rasyid menjawab, "Saya bersedia membayarnya seharga itu asal tidak mati kehausan!".

Maka usai mendengarnya, Ibnus Samak memberikan segelas air itu dan khalifah pun tidak lagi kehausan.

Ibnu Samak lalu duduk di sisi khalifah Harun. Sejurus kemudian Ibnu Samak melontarkan pertanyaan lagi, "Khalifah, andai air segelas yang kau minum tadi tidak keluar dari lambungmu selama beberapa hari tentulah amat sakit rasanya. Perut jadi gak keruan dan semua urusan jadi berantakan karenanya. Andai kata bila kau berobat demi mengeluarkan air itu dan harus menghabiskan separuh kekayaanmu lagi, akankah kau sudi membayarnya? " Mendengar itu, sang khalifah merenungi kondisi yang disebut oleh Ibnus Samak. Seolah mengamini maka khalifah menjawab, "Saya akan membayarnya meski dengan separuh harta saya!"Mendengar jawaban dari sang khalifah, maka Ibnus Samak sang penasehat raja yang bijak kemudian berkomentar, "O…., kalau begitu seluruh harta yang tuan khalifah miliki itu rupanya hanya senilai segelas air saja!"

Saudaraku…,Ramadhan sebentar lagi akan kita jelang. Di sana selama beberapa hari Anda akan merasakan betapa segelas air akan menjadi tiada ternilai harganya. Setelah menahan haus dan lapar sehari penuh. Saat waktu ifthar menjelang, maka segelas air putih pun akan menjadi sesuatu yang bermakna. Saat air membasahi tenggorokan yang kering dan kehausan, maka Anda pun akan bersyukur kepada Allah Swt dengan suara lantang dengan lantunan doa:
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa alaa rizqika afthartu birahmatika yaa Arhamar Rahimin.

Di bulan ramadhan segala nikmat menjadi indah terasa, demikian juga nikmat seteguk air. Alangkah bagusnya bila ini terus berlangsung sepanjang masa.Puji syukur untukMu ya Rabb! Wasalam. (Sumber: bobby herwibowo)

Jumat, Agustus 08, 2008

KEBERUNTUNGAN

Jum’at, 08-08-08

Sebagian orang dibelahan bumi ini mempercayai bahwa hari ini Jumat tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 (08-08-08) adalah hari keberuntungan. Sehingga bermacam acara bersejarah diselenggarakan pada hari ini mulai dari pernikahan masal sampai Pembukaan Olimpiade Bejing, lazimnya pembukaan acara spektakuler seperti ini selalu dilakukan hari Sabtu atau Minggu.

Bagi yang meyakini keadaan di atas itu syah-syah saja, sebagai umat beragama tentunya kita harus menghormati sesama Saudara kita. Sedangkan bagi umat Rasul Allah Muhammad SAW, hari ini adalah hari Besar Perayaan, karena hari Jumat dimana saat dikumandangkan azhan Jumat seluruh umat Muhamad, seluruh umat-NYA harus segera meninggalkan aktivitas keseharian untuk beribadah kepada Allah SWT. Di Indonesia, Malaysia dan beberapa Negara yang berpenduduk Muslim kwajiban sholat Jumat di Masjid hanya dilakukan kaum pria, tapi kalau di Mekkah dan Madinah baik kaum laki atau perempua semuanya berbondong-bondong ke mesjid.

Kembali kepada soal keberuntungan sebenarnya penulis lebih cenderung melihat makna 08-08-08 bukan sebagai makna keberuntungan tapi suatu kondisi psikologis kemudahan dalam mengingat angka bukankah angka tersebut terjadi setiap 1000 tahun sekali. Sebab keberuntungan hanya bisa diperoleh tergantung dari bagaimana kita memaknai setiap hari bahkan setiap waktu yang akan kita alami. Kalau kita bisa mensyukuri nikmat Allah kemudian kita bekerja untuk menjadi rahmatan lil alamin (rahmat bagi alam semesta) tentunya kita akan tarmasuk kepada orang yang mendapat keberuntungan. Sebaliknya bila kita ingkar, mengambil hak dan mendhalimi orang lain, merusak alam dan lingkungan maka tentunya hari ini bukanlah hari keberuntungan kita karena kita akan termasuk orang yang merugi.

Bukankah kita sudah diingatkan Hari Ini Harus Lebih Baik dari Kemaren dan Besok Harus Lebih Baik Dari Hari Ini. Kalau hari ini Jumat 08-08-08 kita lebih baik dari kemaren, berarti KITA TERMASUK ORANG YANG BERUNTUNG.

Kamis, Agustus 07, 2008

SERI: MENIKMATI KEHIDUPAN (2)

HIDUP ADALAH BEKERJA
Bekerja? Ya... Bekerja. Saat masih kuliah bekerja adalah salah satu cita-cita. Baik itu bekerja sendiri (berwirausaha) atau bekerja dengan orang lain, yang penting adalah BEKERJA. Tanpa kita sadari, apapun profesinya ternyata bekerja itu kemudian menjadi sebuah status dan simbol kehidupan.

Yang menjadi persoalan berkaitan dengan BEKERJA ini adalah pertama, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk mulai bekerja; kedua, bagaimana cara kita dalam bekerja; dan ketiga, bagaimana setelah kita tidak bekerja.

Pertama, mempersiapkan diri dalam bekerja harus sudah dimulai sejak anak masih dalam kandungan, kemudian lahir, dan sekolah. Agar kelak anaknya bisa bekerja orang tua tidak hanya cukup memberi bekal pendidikan (hard-skill) semata, tapi harus dibekali dengan kemampuan lain seperti kemampuan berperilaku baik (lebih dikenal dengan istilah soft-skill), kemampuan untuk bergaul dan menghargai orang lain (human interest).

Hard-skill bisa dipercayakan dengan sekolah/perguruan tinggi (bukan berarti orang tuas harus lepas tangan) karena hal ini berkaitan dengan proses pendidikan, tapi kemampuan soft skill harus dimulai dari rumah tangga. Ini terlihat dari beberapa indikator soft-skill, yaitu: Komitmen, Inisiatif, Kemampuan untuk belajar, Handal, Percaya diri, Kemampuan berkomunikasi, Antusias, Berani mengambil keputusan, Integritas, Motivasi untuk meraih prestasi/ Gigih, Berkreasi, Kerjasama dalam tim, Berfikir kritis, Menghargai pendapat orang lain.

Human interest juga memainkan peran yang penting, salah satu indikatornya adalah kepedulian dengan orang lain. Tanpa kita sadari mungkin kepedulian kita dengan orang lain sudah mulai berkurang, karena seringkali kali dengan perkembangan teknologi informasi, tuntutan dan kerasnya persaingan hidup, keterbatasan waktu seolah-olah kita kemudian merasa bahwa kita bisa memenuhi semua kebutuhan hidup kita sendiri. Selalukah kita berpikir ”kalau saya melakukan hal ini bagaimana dengan orang lain?”.

Asek soft-skill dan human interest inilah yang seringkali membuat anak kita menjadi sulit dalam memasuki dunia kerja, karena kedua aspek ini dalam test memasuki dunia kerja diukur melalui ”Psychotest”. Artinya walaupun seorang anak itu pintar tapi kalau kemampuan soft-skill dan human ineterst ini rendah maka ia bisa gagal dalam memasuki dunia kerja, karena aspek hard-skill hanya memberikan kontribusi sebesar 40% dari kesuksesan seorang pekerja. Kita belum terlambat melakukan koreksi untuk mulai meningkatkan kemampuan soft-skill dan human interest ini, lakukan mulai sekarang dari rumah kita.

Kedua, kalau kita sudah memasuki dunia kerja satu kata kuncinya yaitu; ”profesional”. Orang yang profesional itu adalah orang yang menghargai pekerjaannya, menghargai waktu, dan tidak merugikan orang lain dalam bekerja (bisa dibaca: ANTI Kolusi, Korupsi dan Nepotisme).

Ketiga, hidup manusia itu adalah siklusnya, setelah memasuki dunia kerja tentunya suatu saat pekerja itu harus menyiapkan diri untuk tidak bekerja, banyak orang yang takut memasuki masa pensiun, hal ini mencerminkan bahwa orang tersebut tidak mempersiapkan diri untuk pensiun. Persiapan ini tidak hanya persiapan mental tapi lebih diutamakan pada pensiapan investasi (terutama untuk pekerja yang tidak mendapat pensiun).

Uraian di atas sengaja difokuskan untuk persiapan kerja dan tulisan ini sekedar mengingatkan kita karena kesuksesan anak kita dalam memasuki pasar kerja dikemudian hari lebih banyak ditentukan oleh perilaku kita dalam mendidik anak di rumah. Sekaligus kiranya hal ini bisa menjadi cermin bagi kita dalam mempersiapkan diri untuk bekerja, karena dengan bekerja berarti kita menikmati anugrah kehidupan yang diberikan Allah kepada kita, dan dengan bekerja itu menunjukan bahwa kita masih hidup.

SERIAL: Menikmati Kehidupan (1)

MEMULAI KEHIDUPAN DENGAN BERSYUKUR


Pertanyaan ini sangat sederhana tapi jawabannya bisa sangat beragam. Tidakkah terbayangkan oleh kita seandainya saat bangun dari tidur tiba-tiba kita tidak bisa berjalan, atau tangan tidak bisa digerakan, atau mata tidak bisa melihat, atau telinga tidak bisa mendengar, atau mulut tidak bisa menguap karena masih ngantu, tiba-tiba kita tidak bisa bernafas, atau ..... atau ....... dan atau .......!

Saya sendiri pernah merasakan betapa saat terbangun mau menunaikan sholat Subuh, tiba-tiba kedua kaki tidak bisa digerakan karena serangan asam urat (gout) akut (9,4 dari normalnya 7). Maha Suci Allah, akhirnya saya harus merangkak untuk berwudhu dan sholat dengan duduk. Padahal menjelang tidur tidak ada tanda-tanda akan sakit. Inilah kekuasaan Allah. Ilustrasi dari pengalaman ini sekedar untuk mengingatkan kita bahwa kita adalah makhluk ciptakan-NYA, bila Allah telah berkehendak tiada siapapun yang dapat menghalangi.

Di sisi lain coba bayangkan secara tiba-tiba ada orang terdekat kita memberikan kita suatu hadiah, apa yang kita lakukan? Ucapan terima kasih dan rasa syukur pasti kita sampaikan pada pemberi hadiah.Dari analogi tersebut mengapa kita tidak memulai kehidupan ini dengan bersyukur, ya.... bersyukur atas nikmat dan kehidupan yang telah diberikan oleh Sang Maha Pencipta kepada kita. Kita bersykur masih sehat, kita bersykur atas nikmat kehidupan, kita bersyukur atas segala yang telah diberikan-NYA kepada kita. Setelah itu barulah kita melangkah yang juga dimulai dengan Nama Allah dan kita akhiri aktivitas kita juga dengan bersykur dan berterima kasih kepada Allah. Alhamdudillah...................

Senin, Agustus 04, 2008

Pedoman Memilih Perguruan Tinggi

JENIS DI PERGURUAN TINGGI
Oleh
Andi Mursidi


PENDAHULUAN

Kuliah pada saat ini merupakan kebutuhan dan untuk masuk ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Hampir setiap hari kita membaca iklan lowongan pekerjaan yang rata-rata mencari alumni perguruan tinggi, baik itu lulusan D3, D4/S1, S2, bahkan S3. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dicari oleh pemasang iklan berarti akan semakin tinggi juga peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih baik dari pencari kerja. Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin besar juga peluang untuk meraih posisi dan pekerjaan yang lebih baik.
Fakta lapangan menunjukkan banyak orang yang merasa salah pilih dalam memilih jalur kuliah justru setelah ia lulus dari tempatnya kuliah. Tidak jarang akhirnya mereka kemudian mengambil tambahan berbagai macam kursus lagi. Jika ini terjadi berapa banyak waktu dan biaya terbuang dan yang paling disyangkan adalah hilangnya peluang atau kesempatan untuk meraih pekerjaan.
Agar kondisi di atas tidak terjadi pada kita maka keputusan “besar” dalam menentukan kehidupan dimasa yang akan datang justru diputuskan saat ini yaitu; jalur kuliah perguruan tinggi mana yang dipilih.

UNIV., INSTITUT, SEKOLAH TINGGI, POLTEK, ATAU AKADEMI?
Pendidikan di Indonesia (UU Sisdiknas no.20 tahun 2003) terdiri dari; pendidikan umum, kejuruan, khusus, keagamaan, akademik, vocasi, dan profesi. Pendidikan umum, kejuruan, dan khusus ada pada jenjang sekolah dasar dan menengah, pendidikan keagamaan ada pada jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan akademik, vocasi, dan profesi ada di jenjang perguruan tinggi. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang professional, contohnya profesi Akuntan, Ners (perawat), Notaris, ataupun dokter.
Dengan demikian pilihan jalur kuliah setelah lulus SLTA di perguruan tinggi ada 3 yaitu; pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan vocasi. Karena pendidikan keagamaan lebih bersifat khusus maka berikut ini hanya diuraikan tentang perbedaan pendidikan akademik dan vocasi.
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu, yang termasuk dalam kategori jalur akademik adalah Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi. Jenjang pendidikan jalur akademik adalah Sarjana Strata-1 (S1), Magister (S2) dan Doktor (S3).
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu, yang termasuk dalam jalur vocasi adalah Akademi dan Politeknik. Dengan demikian lulusan dari jalur pendidikan vocasi diarahkan untuk siap bekerja bukan untuk siap ditempatkan (ready for assignment) sebagaimana layaknya lulusan pada jalur akademik. Jenjang pendidikan dari jalur akademik mulai dari Diploma I (DI), D2, D3, D4, Spesialis-1 (setara S2) dan Spesialis-2 (setara S3). Perbedaan pendidikan antara di Akademi dan Politeknik terletak pada jenjang dan program studi yang dimiliki; untuk Akademi hanya sebatas memiliki 1 program studi saja dengan jenjang pendidikan tertinggi adalah D3, sedangkan Politeknik bisa memiliki lebih dari satu program studi dan jenjang pendidikan yang saat ini ada di Indonesia baru sampai jenjang pendidikan D4 (setara S1).
Sebagai pendidikan formal jalur akademik dan jalur vocasi sama-sama diberi kewenangan pemerintah untuk memberi gelar setelah mahasiswa menyelesaikan tahapan pendidikan tertentu. Pada jalur akademik gelar jenjang S1 selalu diawali dengan sebutan “Sarjana” yang kemudian diikuti dengan disipilin ilmunya, seperti Sarjana Hukum, Sarjana Ekonomi, Sarjana Peertanian, dan lain sebagainya. Sedangkan pada jalur vocasi untuk jenjang Diploma 1, 2, dan 3 diberikan gelar Diploma diikuti dengan tingkatan diploma yang diperolehnya, dan untuk Diploma 4 (setara S1 pada jalur akademik) setelah lulus mahasiswa diberi gelar yang sama yaitu: Sarjana Sain Terapan (S.S.T.).

KULIAH PILIH JALUR AKADEMIK ATAU VOCASI?
Pilihan studi untuk kuliah harus diperhitungkan dengan cermat oleh calon mahasiswa, agar ia tidak salah pilih. Ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan dalam memilih jalur pendidikan ini, salah satunya adalah faktor internal, di sini calon mahasiswa harus mengenali potensi dan bakat yang ada pada dirinya dan apa yang diharapkan dari jalur kuliah yang dipilih, intinya apakah mau menjadi seorang “analis” atau seorang “praktisi”. Bila pilihannya adalah analis akan lebih tepat kuliah pada jalur akademik tapi bila menginginkan jalur praktisi pilihannya ada pada jalur vocasi.
Selain itu juga harus diperhitungkan faktor ekonomi orang tua yang akan membiayai studi anda, pada umumnya jalur akademik waktu studinya adalah 4 tahun, sedangkan pada jalur vocasi bisa memilih waktu studi 3 tahun (D3), dengan perhitungan setelah kuliah 3 tahun bisa cepat dapat pekerjaan, kemudian baru melanjutkan lagi ke jenjang D-4 atau ke S-1.
Dalam pemilihan lembaga pendidikan yang paling mendasar harus dicermatai adalah Ijin Operasional. Ijin Peneyelenggaraan Perguruan tinggi dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional dan/atau Dirjen Pendidikan Tinggi, sedangkan Lembaga Kursus ijinnya dari Dinas Pendidikan atau Dinas Tenaga Kerja. Pada saat ini pemerintah sudah mengatur bahwa Ijin Operasional yang diberikan kepada Perguruan Tinggi bukan lagi ijin abadi atau sekali mendapat ijin berlaku selamanya; ijin ini bersifat periodik.
Perpanjangan ijin untuk jenjang D3 diberikan selama 4 tahun dan jenjang S1 selama 5 tahun. Jadi untuk program studi yang sudah lama berdiri tanyakan juga Perpanjangan Ijin Operasional dari Dirjen Dikti. Akan lebih baik kalau program studi yang dipilih sudah memiliki akreditasi, namun perlu diingat, akreditasi hanyalah salah satu ukuran melihat kualitas suatu jurusan atau program studi. Untuk yang memilih jalur pendidikan vocasi yang prinsip juga harus dicek adalah fasilitas pendidikannya; alat praktikum mengikuti perkembangan teknologi terkini, rasio alat praktikum dan mahasiswa sebaiknya 1 : 1, siapa dan darimana dosennya, bagaimana ruang belajarnya, bagaimana ketersediaan alat bantu ajar (LCD, OHP, Diktat/Modul/Handout), dan ketersediaan sistim informasi akademik, serta berbagai fasilitas penunjang praktikum yang setiap saat bisa digunakan oleh mahasiswa secara gratis.
Hal lain yang harus dicermati adalah biaya studi; ada perguruan tinggi yang pola pembayarannya terpisah; ada uang her-registrasi, uang kemahasiswaan, uang kuliah, uang ujian, uang praktikum, dan sewa perlatan praktikum diluar jam kuliah tapi sebaliknya ada mengemasnya dalam 1 paket pembayaran. Calon mahasiswa harus secara rinci menyakan uang kuliah ini.

PROFIL Q-Mac Development

I. NAMA KONSULTAN

Quality Management and Academic Consultant, atau disingkat Q – MAC.
Q-MAC adalah konsultan perguruan tinggi yang senantiasa menjunjung tinggi kode etik dan asas profesionalisme dalam berusaha, dengan prinsip utama "persembahkan yang memuaskan"(client one).


II. LATAR BELAKANG PENDIRIAN KONSULTAN

Kegiatan di Perguruan Tinggi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Kegiatan pokok di Perguruan Tinggi meliputi Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, sedangkan kegiatan penunjang adalah kegiatan administratif. Walaupun hanya kegiatan administratif tapi kegiatan ini sangat menentukan kerberhasilan pelaksanaan dari kegiatan pokok sebab dalam kegiatan administratif inilah semua kegiatan pokok berawal.

Agar kegiatan pokok bisa terlaksana dengan baik maka terlebih dahulu kegiatan penunjang ini harus sudah tertata dengan baik. Sebab pada kegiatan penunjang inilah semua aturan, prosedur, dan tata cara tentang bagaimana kegiatan pokok itu dijalankan dijabarkan secara rinci. Produk dari kegiatan administratif di perguruan tinggi dapat berupa Pedoman Administrasi dan Kepegawaian, Pedoman Akademik ataupun bentuk-bentuk Pedoman atau Petunjuk Teknis/Petunjuk Operasional lainnya. Dalam bahasa organisisasi kesemuanya itu sering disebut dengan Prosedur Operasional Standar.
Salah satu kelemahan dari kegiatan administratif di perguruan tinggi (umumnya juga terjadi pada organisasi lainnya) adalah tidak terumuskannya dengan baik Prosedur Operasional Standar tersebut, sehingga dalam operasionalnya sering terjadi standar ganda dalam pengambilan keputusan.
Kondisi di atas banyak ditemui di di Jawa dan diluar Jawa tentunya akan lebih sulit lagi. Atas kondisi tersebut dan berdasarkan pengalaman kami yang sudah berkiprah secara mandiri di dunia pendidikan tinggi sejak tahun 1985, baik dalam aktivitas administratif maupun akademik, maka pada tanggal 8 Juni 2005 untuk membantu Sekolah dan Perguruan Tinggi dalam mengelola Manajemen dan Akademik Perguruan Tinggi, kami mendirikan konsultan yang diberi nama Quality: Manajemen and Academic Development atau disingkat Q-MAC. Sejak 8 Juni 2005 kami menata internal, barulah 1 Maret 2006 Q-MAC benar-benar beroperasi dan mulai kegiatan konsultannya secara penuh.
Q-MAC berkedudukan di Sidoarjo, namun demikian orientasi obyek konsultan kami lebih pada PT yang berada di luar Jawa, hal ini tidak lepas dari misi kami untuk mensejajarkan pendidikan yang ada diluar pulau Jawa dengan pendidikan di Pulau Jawa, tentunya hal ini sejalan dengan penerapan otonomi daerah.
Q-MAC, selalu mencoba selangkah lebih ke depan, dengan pemanfatan informasi dan sumber daya manusia yang kapabel. Sebuah sinergi yang mumpuni, sehingga produk konsultansi selama ini memuaskan owner, yang tidak terbatas hanya pada lingkup lokal saja namun juga nasional.



III. VISI, MISI, DAN NILAI UTAMA

Q-MAC memiliki visi mengembangkan dan meyempurnakan manajemen dan akademik lembaga pendidikan untuk mendukung pembangunan regionalnya.
Q-MAC memiliki misi-misi sebagai berikut:
  1. Membantu Perguruan Tinggi dalam mengelola manajemen akademiknya yang meliputi kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
  2. Membantu Perguruan tinggi membangun organisasi berbasis sistim dengan mengembangkan pengelolaan berbasis teknologi informasi.
  3. Membantu Perguruan Tinggi menyiapkan dokumen akreditasi.
  4. Melakukan kajian dan studi kelayakan untuk pembukaan program studi baru.
  5. Melakukan Berbagai Riset dan Pengembangan.

Nilai Utama Q-MAC:

  • Mutual Respect - Kesetaraan dan kesederajatan
    Menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan usaha
  • Excellence - Unggul
    Menampilkan yang terbaik dalam semua aspek pengelolaan lembaga pendidikan.
  • Integrity - Intergritas
    Mampu mewujudkan komitmen kedalam tindakan nyata
  • Focus - Fokus
    Menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.
  • Visionary - Berwawasan Jauh ke Depan
    Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang akan datang untuk dapat tumbuh dan berkembang.

IV. RUANG LINGKUP PEKERJAAN / DEVISI-DEVISI.

  1. Pembukaan Prodi Baru & Merger-Akuisi PT
  2. Manajemen, Akreditasi, SOP Akademik & Dokumentasi Mutu.
  3. Jurnal Ilmiah
  4. Penyusunan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen
  5. Riset & Pelatihan Metode Kuantitatif Untuk Penelitian
  6. Perangkat Lunak; Sistim Informasi Akademik, Perpustakaan, Adm. & Keuangan

V. MITRA BINAAN
Kami sangat bersyukur kepada kebesaran Allah, karena sejak resmi beroperasi 1 Maret 2006, hingga 1 Agustus 2008, 34 Perguruan Tinggi dengan puluhan item pekerjaan telah dipercayakan kepada kami. Perguruan ini tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya Barat, dan Papua.


===